Setidaknya Sukarno Memiliki 9 Isteri, Siapa Tahu Masih Ada Wanita Idaman Lainnya.



Presiden pertama RI sekaligus proklamator Sukarno atau Bung Karno, semasa hidupnya pernah menikah dengan beberapa wanita. Istri terakhir yang dinikahinya, Heldy Djafar baru saja dikabarkan meninggal dunia. Heldy meninggal pada Senin, 11 Oktober 2021 pada usia 74 tahun.



Kabar meninggal Heldy diungkapkan oleh mantan Menpora Roy Suryo. "Innalillahi wa innaillaihi rojiun ...Telah wafat Istri ke-9 Bung Karno hari ini, Heldy Djafar (Lahir 11 Juni 1947) dalam Usia 74th.Mungkin tdk banyak yg tahu bahwa Proklamator / Presiden RI pertama kita tsb memiliki 9 Istri yg syah. Belum lagi yg "terlupakan" Sejarah. JAS MERAH," tulis Roy dalam akunnya tersebut.



Selain kemampuan Bung Karno dalam bidang politik, kehidupan pribadinya juga tidak luput dari sorotan. Kharismanya berhasil menarik perhatian banyak wanita. Bahkan, petualangan cintanya pun banyak didokumentasikan
Sebagian orang hanya mengenal Ibu Fatmawati sebagai istri Sang Proklamator. Namun, terdapat beberapa perempuan yang pernah singgah di hatinya. Siapa saja mereka? Berikut kisah cinta Bung Karno dan istri-istrinya.

Inilah 9 Isteri Sukarno Yang Sudah Diketahui.







1. Siti Oetari







Biografi Siti Oetari


Nama Lengkap
Siti Oetari Tjokroaminoto

Tempat Tanggal Lahir
Yogyakarta, 1905

Meninggal
Surabaya, 1986

Pasangan
Soekarno (m. 1921-1923)

Sigit Bachroensalam (m.1924-1981)

Anak
Harjono Sigit Bachroensalam

Orang Tua
H.O.S Tjokroaminoto (Ayah), Suharsikin (Ibu)







Nama aslinya Siti Oetari Tjokroaminoto. Ia merupakan istri pertama Soekarno. Soekarno menikahi Siti Oetari pada 1921 di Surabaya. Saat itu, usia Siti Oetari masih 16 tahun sedangkan Soekarno berusia 20 tahun.
Melansir dari perpusnas.go.id, wanita kelahiran Ponorogo tahun 1905 ini merupakan putri pemimpin Sarekat Islam (SI), HOS Tjokroaminoto. Bung Karno merupakan murid HOS Tjokroaminoto. Kala itu, Bung Karno menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto.



Sejarawan Bonnie Triyana menyebutkan salah satu masa penting pendidikan politik Bung Karno yakni ketika tinggal di rumah gurunya, HOS Tjokroaminoto. Bonnie Triyana dalam diskusi Bulan Bung Karno yang digelar Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan pada Juni 2021 mengatakan Bung Karno indekos di rumah HOS Tjokroaminoto selama menempuh pendidikan di Hogere Burger School (HBS) Surabaya.

“Dalam kurun enam tahun, Soekarno menjadi anak didik Tjokroaminoto di rumah yang disebutnya indekos. Selama tinggal di rumah tersebut, Soekarno belajar banyak dari teman-teman satu atapnya,” kata Bonnie seperti dilansir dari Antara, Jumat (5/8/2022).



Konon, Bung Karno menikahi Oetari untuk meringankan beban keluarga Tjokro. Kala itu istri Tjokro baru saja meninggal. Kendati menjadi istri pertama, Soekarno dikabarkan tidak sepenuhnya mencintai Oetari. Begitu juga Oetari.



Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Keduanya bercerai. Saat itu Bung Karno berniat melanjutkan pendidikan ke sebuah perguruan tinggi di THS (kini ITB).



2. Inggit Garnasih











Pertemuan Soekarno dan Inggit Garnasih pertama kali terjadi saat Soekarno menempuh pendidikan di Technische Hoge School (THS), Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung). Inggit Garnasih dikenal sebagai ibu kos Soekarno selama di Bandung.



Tempat tinggal Soekarno sendiri dibantu oleh Haji Sanusi yang tidak lain adalah teman dari H.O.S Tjokroaminoto. Kala itu, Inggit Garnasih masih berstatus sebagai istri dari Haji Sanusi.



Dikutip dari buku 'Perempuan-perempuan Pengukir Sejarah' karya Mulyono Atmosiswartoputra kedekatan Soekarno dan Inggit Garnasih bermula saat mereka berdua saling menceritakan kehidupan rumah tangganya masing-masing. Soekarno saat itu diketahui telah menikah dengan gadis muda bernama Utari.



Hanya saja, Soekarno hanya menganggap Utari sebagai adiknya. Sedangkan Inggit Garnasih dianggap seperti sosok ibu karena selalu menyiapkan masakan, membereskan makanan, melayani, memperhatikan pakaian, hingga mendengarkan buah pikiran Soekarno.



Inggit pun demikian, ia berkeluh kesah mengenai kelakuan sang suami yang suka bermain judi dan biliar. Bahkan, Haji Sanusi tidak pernah peduli terhadap istrinya.



Kesamaan masalah rumah tangga itu pun membuat mereka akhirnya menumbuhkan ketertarikan. Walaupun begitu, Inggit Garnasih sempat menasihati Soekarno agar memperbaiki pernikahannya dengan Utari.



Cinta mereka berdua juga diketahui oleh pasangan masing-masing. Haji Sanusi tahu apa yang terjadi tetapi tidak ada usaha untuk merebut Inggit Garnasih karena pernikahannya telah lama rusak. Sedangkan, Utari sadar pernikahannya tidak membawa kebahagiaan.



Setelah memikir matang, Soekarno akhirnya memulangkan Utari ke rumah orang tuanya, H.O.S Tjokroaminoto di Surabaya pada 1922. Ia memulangkan secara baik-baik dan menceraikannya.



Soekarno pun kembali ke Bandung. Ia pun menyampaikan isi hatinya kepada Inggit Garnasih dan disambut pula perasaan itu. Keesokan harinya, Soekarno memberanikan diri untuk menyampaikan hal tersebut kepada Haji Sanusi.



Dengan bijaksana dan keikhlasan hati, Haji Sanusi menceraikan Inggit Garnasih. Namun, ia membuat perjanjian dengan Soekarno, yakni jika dalam waktu 10 bulan Soekarno menelantarkan atau menyakiti Inggit Garnasih, maka Soekarno harus mengembalikan Inggit kepada Haji Sanusi.



Inggit Garnasih dan Soekarno pun menikah pada 24 Maret 1923. Dalam surat pernikahan tersebut tertulis usia Soekarno adalah 24 tahun saat menikah dan Inggit 23 tahun. Padahal sebenarnya, Soekarno 22 tahun dan Inggit 35 tahun.



Selama pernikahan itu, Inggit Garnasih selalu membantu Soekarno penuh dengan keikhlasan. Bahkan di tahun 1927, Inggit menjadikan rumahnya sebagai tempat deklarasi berdirinya organisasi politik Perserikatan Nasional Indonesia.



Selain itu, perjuangan Inggit Garnasih dalam membantu Soekarno juga terlihat dari caranya merawat, seperti meramu jamu, membuat bedak dan parem. Ia juga sering menjahit kutang, menjual rokok, menjadi agen sabun dan cangkul, bahkan menggadaikan perhiasannya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.



Kesetiaan Inggit Garnasih kepada Soekarno juga terbukti kala ia menjual segala miliknya, termasuk rumah keluarga dari ibunya, Hal itu dilakukan kala Soekarno diasingkan ke Ende di Pulau Flores.



Namun, pernikahannya Soekarno dan Inggit harus ditimpa godaan kala Soekarno diasingkan ke Bengkulu. Di sana, ia mengajar sebagai guru dan bertemu dengan Fatimah (sekarang dikenal Fatmawati) yang merupakan anak dari Ketua Muhammadiyah setempat Hassan Din.



Soekarno jatuh cinta kepada Fatmawati dan ingin menikahinya demi memiliki anak. Selama ini diketahui, anak Inggit Garnasih dan Soekarno adalah anak angkat namun Soekarno ingin memiliki keturunan langsung dari dirinya.




Akhirnya Soekarno memberikan solusi dengan memadu. Bahkan, ia juga berjanji menjadikan Inggit sebagai first lady saat Indonesia merdeka. Namun, Inggit menentang dan kukuh pada pendiriannya untuk tidak mau dimadu.



Inggit pun melepaskan Soekarno kepada Fatmawati. Ia meminta untuk dipulangkan ke Bandung. Mereka akhirnya resmi bercerai pada 29 Januari 1943 dengan perjanjian di bawahnya berupa jaminan hidup dan tunjangan yang disaksikan oleh Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H Mas Mansoer.



Inggit Garnasih meninggal dunia pada 13 April 1984 dan dimakamkan di TPU Caringin, Bandung. Ia juga diangkat sebagai pahlawan nasional 1997-1998 karena keberadaannya sangat berpengaruh terhadap negara. Untuk mengenang jasanya juga,kediaman dia dijadikan museum dan nama jalannya menjadi Inggit Garnasih.





3. Fatmawati.









Fatmawati dilahirkan pada 5 Februari 1923 di Bengkulu. Ketika ia lahir, ada dua nama yang akan diberikan kepadanya, yaitu Fatimah yang berarti bunga teratai dan Siti Djabaidah, yang diambil dari nama salah satu istri Nabu Muhammad SAW. Kedua nama itu ditulis pada dua carik kertas kemudian digulung dan diundi. Pilihan pun jatuh kepada nama Fatimah, nama yang kita kenal sampai saat ini.



Kedua nama itu ditulis pada dua carik kertas kemudian digulung dan diundi. Pilihan pun jatuh kepada nama Fatimah, nama yang kita kenal sampai saat ini.



Fatmawati pertama kali bertemu dengan Bung Karno pada 1938. Saat itu, ia diajak oleh ayahnya Hassan Din untuk menemui Bung Karno yang tengah dibuang ke Bengkulu. "Cinta pada pandangan pertama" mungkin ungkapan yang tepat untuk menjelaskan awal munculnya benih cinta di antara Bung Karno dan Ibu Fatmawati. "Masih kuingat aku mengenakan baju kurung merah hati dan tutup kepala voile kuning dibordir," kata Fatmawati saat melukiskan pertemuan pertamanya itu dalam buku yang ditulisnya, Catatan Kecil Bersama Bung Karno (1970).



Pertemuan itu menggetarkan hati Bung Karno dan ingin menikahi Fatmawati. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Bung Karno dua tahun kemudian, ketika Fatmawati meminta nasihatnya sehubungan dengan adanya seseorang yang meminangnya. Fatmawati pun akhirnya menikah dengan Bung Karno pada Juli 1943.



Fatmawati meninggal dunia pada usia 57 tahun di Kuala Lumpur ketika dalam perjalanan pulang dari setelah melangsungkan ibadah umrah pada 1980 akibat serangan jantung. Fatmawati mendapatkan gelar pahlawan nasional dari pemerintah pada tahun 2000, dua puluh tahun setelah wafatnya. Pemberian gelar pahlawan itu berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 118/TK/2000.



4. Hartini.









ISiti Suhartini atau biasa dikenal Hartini Soekarno merupakan istri keempat Proklamator Indonesia, Soekarno. Wanita kelahiran Ponorogo, 20 September 1924 ini menikah dengan Bung Karno pada 7 Juli tahun 1953. Hartini merupakan anak kedua dari pasangan Osan Murawi dan Mairah. Dikutip dari situs Perpustakaan FIS, kisah cintanya bersama Soekarno berawal dari perjamuan makan yang digelar oleh Walikota Salatiga kala itu. Singkat cerita, Soekarno terkesima dengan masakan Hartini. Saat itu juga, Bung Karno jatuh cinta pada pandangan pertama.



Perlahan, hubungan keduanya semakin dekat. Soekarno diketahui sering mengirimkan surat cinta kepadanya. Uniknya, dia menggunakan nama samaran ‘Srihana’ dalam mengirim surat tersebut. Pada 1953, Soekarno meminta izin kepada istrinya, Fatmawati perihal keinginannya mempersunting Hartini. Dalam hal ini, Fatmawati memberinya izin. Hanya saja, tindakan Bung Karno ini menuai berbagai protes, khususnya dari organisasi wanita seperti Perwari. Akhirnya mereka menikah dan pernikahannya sendiri dilangsungkan di Istana Cipanas. Setelah resmi menikah, Hartini menjadi sosok yang cukup berpengaruh pada Soekarno. Terlebih, saat kondisi Soekarno yang terpuruk kala gejolak revolusi menerjang Indonesia. Hartini Soekarno menjadi saksi mata ketika suaminya tersebut menandatangani Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) dengan berat hati. Setelah turunnya Bung Karno dari kursi kepemimpinan, Hartini tetap setia menemani suaminya. Padahal, setelahnya Soekarno sempat menikah kembali dengan wanita lain. Namun, dia tetap setia dan menerima keadaan dengan lapang dada.



Dikutip dari Perpusnas RI, Hartini Soekarno menemani Bung Karno sampai ajalnya menjemput. Sekitar 16 tahun bersama, dia tidak pernah berpaling atau melalaikan kewajibannya sebagai istri. Bagi Hartini, Sebagai seorang istri berarti juga menjadi Ibu, kawan, serta kekasih bagi suami. Apabila suami sedang sakit, maka harus dirawat dengan baik. Kemudian minumkan obat, memijatnya, dan mengelusnya sampai terlelap tidur. Selain itu, Hartini Soekarno juga rajin membaca berbagai buku. Tujuannya adalah agar bisa mengimbangi pembicaraan yang dilakukan suaminya kala mengobrol. Kesehatan Soekarno sendiri sudah menurun sejak pertengahan 1965. Dalam sakitnya ini, dia juga sudah beberapa kali melakukan pengobatan, termasuk ke luar negeri. Bung Karno bertahan sekitar 5 tahun dalam sakitnya sampai akhirnya meninggal pada 21 Juni 1970.





5. Kartini Manoppo.






Istri keempat Soekarno ini memiliki nama lengkap Sri Suhartini. Ia lahir di Ponorogo, 20 September 1924. Hartini merupakan janda dari Soewondo. Dia dikaruniai lima orang anak sebelum menikah dengan Soekarno di Salatiga tahun 1952. Kala itu Soekarno dalam perjalanan menuju ke Jogja untuk meresmikan Masjid Syuhada.



Soekarno sempat meminta izin Fatmawati untuk menikahi Hartini sesaat setelah putra pertama mereka, Guntur Soekarnoputra, lahir. Meskipun menuai banyak protes dari berbagai pihak, Soekarno tetap menikahi Hartini pada 7 Juli 1953 di Istana Cipanas.



Menurut penelusuran Solopos.com pada laman uny.ac.id, Hartini diceritakan sebagai seorang istri yang terbilang paling lama mendampingi perjalanan hidup Soekarno. Dirinya dikenal sebagai sosok yang sabar dalam mendampingi Soekarno, baik dalam karir politik, merawat ketika sakit, bahkan hingga ajal menjemput.



Hartini melahirkan dua anak buah cintanya dengan Soekarno, yakni Taufan Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra. Hartini tetap menjadi istri Soekarno saat masa kekuasaan Soekarno hampir berakhir. Konon, Soekarno dikabarkan menghembuskan napas terakhir di pangkuan Hartini, di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970.



Kartini tak pernah absen setiap kali Bung Karno pergi ke luar negeri. Wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, itu terlahir dari keluarga terhormat. Kartini memilih menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Bung Karno.




6. Ratna Sari Dewi.









Masih dilansir Solopos.com dari perpusnas.go.id, daftar istri Soekarno berikutnya Naoko Nemoto. Dia lahir di Tokyo pada 6 Februari 1940.



Baca Juga : Profil Heldy Djafar, Cinta Terakhir Bung Karno



Wanita yang memiliki paras ayu mempesona ini kali pertama bertemu Soekarno saat berkunjung ke Negeri Sakura pada tahun 1959. Kehadiran Nemoto membuat Soekarno jatuh cinta.



Bahkan, Soekarno berkirim surat dengan Nemoto setelah pulang ke Indonesia. Soekarno memutuskan menikahi Nemoto pada tahun 1962. Sang Proklamator menikahi Nemoto saat berusia 57 tahun sedangkan Nemoto berumur 19 tahun.



Saat itulah Nemoto mengganti namanya menjadi Ratna Sari Dewi dan merubah kewarganegaraannya menjadi Warga Negara Indonesia. Mereka dikaruniai seorang putri, Karina Kartika Sari Dewi.



Menurut buku Hari-Hari terakhir Soekarno karya Peter Kasenda, sosok Ratna Sari Dewi merupakan perempuan yang paling dicintai oleh Soekarno. Bahkan, menjelang akhir hayat, Soekarno terus menyebut nama Dewi dan mengharapkan kehadirannya.



Hubungan keduanya berakhir pada perceraian. Setelah bercerai dengan Soekarno, Dewi pindah ke berbagai negara di Eropa termasuk Swiss, Prancis, dan Amerika Serikat. Pada 2008, ia menetap di Shibuya, Tokyo, Jepang.



Dewi pernah membuat kontroversi pada 1998. Saat itu dia berpose untuk sebuah buku foto berjudul ‘Madame Syuga’. Di buku itu, dia tampil dengan pose-pose setengah bugil.




7. Haryati.




Daftar istri Soekarno berikutnya Haryati. Tak banyak kisah tentang istri Soekarno ini. Namun laman unkris.ac.id menjelaskan bahwa Haryati merupakan seniman tari yang bekerja sebagai Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian. Soekarno menikahi perempuan yang lahir pada 24 Agustus 1940 ini pada tahun 1963.



Saat itu, Haryati berusia 23 tahun. Pernikahan keduanya tak berlangsung lama atau sekitar tiga tahun. Soekarno menceraikan Haryati dengan asalan tidak cocok. Soekarno tidak memiliki anak dengan Haryati. Saat itu, Soekarno dikabarkan masih dekat dengan Ratna Sari Dewi.




8. Yurike Sanger









Daftar istri kedelapan Soekarno adalah Yurike Sanger. Diintip dari kanal YouTube Supir Truk Amerika, Jumat (5/8/2022), Soekarno kali pertama bertemu dengan wanita kelahiran 1945 ini saat sama-sama mengikuti Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada tahun 1963 di Gelora Senayan. Saat itu Yurike masih berstatus pelajar.



Dalam kilas baliknya, Yurike bercerita Soekarno memberikan perhatian lebih pada dirinya. Pertemuan itu rupanya langsung menarik perhatian Bung Karno. Bung Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah Yurike.



Keduanya menikah pada 6 Agustus 1964. Mereka memutuskan menikah secara islam di kediaman Yurike.



Kisah cinta keduanya berakhir saat Soekarno menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso. Dalam kondisinya saat itu, dirinya menyarankan Yurike untuk menceraikannya. Soekarno merasa Yurike masih sangat muda dan masa depannya masih panjang.



9, Heldy Djafar.






< br/>

Daftar istri kesembilan atau terakhir dari Soekarno adalah Heldy Djafar. Heldy merupakan anak dari pasangan H. Djafar dan Hj. Hamiah. Masih dilansir dari laman bisnis.com, Jumat, keduanya menikah di tahun 1966. Saat itu Heldy berusia 18 tahun dan Soekarno berusia 65 tahun.



Pernikahan Soekarno dengan perempuan asal Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur ini disaksikan langsung oleh Ketua DPA Idham Chalid dan Menteri Agama, Saifuddin Zuhri.



Namun pernikahan mereka hanya bertahan selama dua tahun. Hal tersebut dikarenakan situasi politik saat itu sedang memanas sehingga komunikasi antara Heldy dan Soekarno yang saat itu tengah berada di Wisma Yaso menjadi tak lancar. Konon, Heldy sempat ingin berpisah, tetapi Soekarno ingin bertahan.



Pada akhirnya mereka tetap berpisah, meskipun Soekarno berharap Heldy akan menemaninya hingga akhir hayat. Pada 19 Juni 1968, Heldy menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor. Heldy meninggal dunia pada Senin, 11 Oktober 2021.



Itu tadi daftar istri Soekarno. Meski memiliki sembilan istri, di mata sahabat, Soekarno bukan pria mata keranjang. Svet Zakarias, sahabat Soekarno dari Rusia, menilai presiden pertama Indonesia itu bukan seorang playboy yang mata keranjang saat menikahi sejumlah wanita.



“Soekarno seorang pencinta, bukan Don Juan atau Cassanova,” kata lelaki gaek berusia lebih dari 80 tahun itu di Moscow pada 2013 seperti dilansir dari Antara.



Penutup.


Itulah 9 wanita yang pernah menjadi isteri Soekarno, menjadi dasar untuk mengatakan bahwa Soekarno itu penuh pesona di mata wanita, dan sebaliknya beliau memiliki selera yang spesial. Karena itu peluang akan adanya banyak wanita lain yang pernah Sukarno kawini bisa diperdebatkan. Tidak semua kehidupan pribadi beliau diketahui publik kan?


Nah bagi anda yang mau menikah, atau mau menikah lagi seperti bapak ini, dan ingin irit biaya pernikahan, kenapa tidak menggunakan jasa Paket Pernikahan Lengkap. Semoga harimu menyenangkan.









Bazonggier

Bazonggier is a site where you find unique and professional blogger templates, Improve your blog now for free. Kapan Nikah?

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama