Jumat, 18 September 2009, Nurdin M. Top Tewas di Solo, Jawa Tengah, Indonesia.
Nurdin M. Top Tewas di tembus peluru Densus 88 Polri, hari jumat, dua hari menjelang idul fitri. Bom terakhir Nurdin M. Top meledak hari jumat, dan Nurdin
M. Top tewas di hari Jumat.
Sekedar flash back,
bom terakhir itu meledak di JW. Marriot dan Ritz Carlton jumat pagi sesaat aktivitas baru dimulai. Jakarta di teror bom.
Kenapa Nurdin M. Top sebagai sesama manusia seperti halnya anda, tega mengorbankan nyawa orang lain?
Mari mencoba membaca fikiran Nurdin M. Top .
Nurdin M. Top adalah orang cerdas.
Ia begitu bangun pagi maka hal yang pertama terlintas dalam fikiran adalah, "bom di Indonesia." Fakta bahwa, Malaysia tidak pernah diguncang bom oleh beliau, demikian juga Singapura. Jangan katakan penjagaan dan intelijen dari dua negara jiran itu lebih ketat ketimbang Indonesia. Kemudian pisahkanlah dengan Thailand, Burma Laos dan Indochina lain. Artinya apa? Jelas sekali: Indonesia adalah target serangan. Pertanyaan pertama yang terlintas dalam fikiran Nurdin M.Top : bagaimana cara agar bom meledak di Indonesia.
Fakta berikutnya adalah: bom utama selalu meledak di mana berkumpul ekspatriot Australia, Amerika, Jepang dan Eropa. Nurdin sengaja mengkaitkan issu jihad, perlawanan kepada bangsa bangsa tersebut di atas. Tidak mungkin eksekutor bom mau meledakkan diri kecuali merasa benar bahwa jiwanya akan masuk surga setelah merenggut jiwa "musuh Tuhan" dalam peristiwa itu. Apakah pelaku bom bunuh diri itu berharga di mata Nurdin M. Top soal lain. Tapi yang pasti Nurdin M. Top sangat berharga di mata pengikutnya dan ia faham hal itu.
Nurdin M. Top sangat tahu bahwa bom adalah alat paling efektif untuk menunjukkan keberadaan. Logikanya adalah: Nurdin M. Top meledakkan bom maka Nurdin ada.
M. Top seperti saya adalah orang cerdas. Ia juga tahu betul apa yang dilakukannya. Ia sadar, hidupnya untuk meledakkan bom. 24 jam sehari, 365 hari dalam setahun dikali berapa tahun sejak ia memulai proyek di asia tenggara dan ditambah berapa tahun lagi sampai ia bisa dihentikan, itulah masa "aku meledakkan bom maka aku ada" bagi Nurdin M. Top.
Fakta, sebuah organisasi manapun membutuhkan dana. Dana yang masuk ke kas teroris ini belum bisa ditebak dari mana. Mungkin dari induk jaringan (jika ada), bisa dana mandiri anggota, mungkin dari intelijen Malaysia sendiri. Karena sangat rahasia para anggota yang tidak masuk lingkaran tim inti juga tidak akan tahu persis. Yang jelas dana itu tidak berasal dari dana rahasia negara negeri ini. Kita membayangkan Nurdin M. Top dibayar untuk meledakkan bom. Jika tidak ada bom yang meledak, pastilah donatur akan pergi. Tidak penting apakah dia menyesali kemudian
Nurdin M. Top tidak menyukai orang Indonesia, itulah alasan ia tidak meledakkan bom di Malaysia. Ia tidak sedang menganggap Malaysia lebih islami dari pada Indonesia, karena Nurdin M. Top yang cerdas juga tahu menghitung, jika ia meledakkan bom, Indonesia tidak akan lebih baik. Jadi pastilah tujuannya untuk membuat Indonesia yang tidak ia sukai berjalan kearah yang dia mau: kehancuran!
Menilik sebab akibat, istilah kepolisian adalah: modus operandi. Pandangan umum kenapa Nurdin M. Top berbuat: sakit hati, merasa ditindas karena umat islam telah ditindas di Irak, Afghanistan, Xinjiang, Mindanao (Moro), Palestina dan Grozny, dan lain lain. Faktanya memang seperti itu, saya sangat peduli dengan penderitaan umat islam seluruh dunia.
Sepintas lalu berlaku teori, bahwa Nurdin sedang bereaksi atas penindasan itu. Kaitannya adalah, ia selalu menyerang tempat yang disukai orang Amerika, Australia, Jepang dan Eropa.
Faktanya: Tidak!
Jika modus operandinya karena jihad, kenapa Nurdin M. Top tidak meledakkan diri di Hotel JW. Marriot, memberi contoh pada pengikutnya kemudian. "Ini lho Nurdin M Top, sedang menuju surga." Nurdin malah mengindoktrinasi orang lain untuk melakukannya, karena ia seperti saya takut mati.
Alasan lain untuk melengkapi ketidak akuratan modus operandi diatas adalah, fakta bahwa Nurdin tidak ke Palestina untuk berjihad. Kenapa Nurdin berkeliaran di Indonesia dan membuat huru hara yang tidak perlu pada saat Palestina dan Irak memerlukan Mujahidin sejati?
Dengan fakta di atas, saya hanya membayangkan Nurdin M. Top tokoh yang memanfaatkan agama untuk satu tujuan rahasia. Memperdaya orang-orang taat beragama, rajin beribadah dan orang-orang kebanyakan yang lugu. Saya melihat pelaku bom bunuh diri termasuk juga sebagai korban.
Saya tahu, seorang pejuang tidak pernah membenci musuh. Itulah sebabnya Saydina Ali ra. urung membunuh seorang musuh dalam suatu peperangan hanya karena Ali ra. diludahi. Saydina Ali tidak jadi mengayunkan senjatanya karena niatnya sudah kabur antara balas dendam ataukah karena jihad. Saydina Ali ra. berjihad berperang bukan karena ia membenci musuh. Muhammad saw. tidak benci Israel. Islam tidak benci orang Nasrani.
Jika Nurdin seorang pejuang islam sejati, seharusnya kode etik tadi sudah faham betul. Jadi kenapa ia melakukannya hanya dua kemungkinan:
Nurdin M. Top Tewas di tembus peluru Densus 88 Polri, hari jumat, dua hari menjelang idul fitri. Bom terakhir Nurdin M. Top meledak hari jumat, dan Nurdin
M. Top tewas di hari Jumat.
Sekedar flash back,
bom terakhir itu meledak di JW. Marriot dan Ritz Carlton jumat pagi sesaat aktivitas baru dimulai. Jakarta di teror bom.
Kenapa Nurdin M. Top sebagai sesama manusia seperti halnya anda, tega mengorbankan nyawa orang lain?
Mari mencoba membaca fikiran Nurdin M. Top .
Nurdin M. Top adalah orang cerdas.
Ia begitu bangun pagi maka hal yang pertama terlintas dalam fikiran adalah, "bom di Indonesia." Fakta bahwa, Malaysia tidak pernah diguncang bom oleh beliau, demikian juga Singapura. Jangan katakan penjagaan dan intelijen dari dua negara jiran itu lebih ketat ketimbang Indonesia. Kemudian pisahkanlah dengan Thailand, Burma Laos dan Indochina lain. Artinya apa? Jelas sekali: Indonesia adalah target serangan. Pertanyaan pertama yang terlintas dalam fikiran Nurdin M.Top : bagaimana cara agar bom meledak di Indonesia.
Fakta berikutnya adalah: bom utama selalu meledak di mana berkumpul ekspatriot Australia, Amerika, Jepang dan Eropa. Nurdin sengaja mengkaitkan issu jihad, perlawanan kepada bangsa bangsa tersebut di atas. Tidak mungkin eksekutor bom mau meledakkan diri kecuali merasa benar bahwa jiwanya akan masuk surga setelah merenggut jiwa "musuh Tuhan" dalam peristiwa itu. Apakah pelaku bom bunuh diri itu berharga di mata Nurdin M. Top soal lain. Tapi yang pasti Nurdin M. Top sangat berharga di mata pengikutnya dan ia faham hal itu.
Nurdin M. Top sangat tahu bahwa bom adalah alat paling efektif untuk menunjukkan keberadaan. Logikanya adalah: Nurdin M. Top meledakkan bom maka Nurdin ada.
M. Top seperti saya adalah orang cerdas. Ia juga tahu betul apa yang dilakukannya. Ia sadar, hidupnya untuk meledakkan bom. 24 jam sehari, 365 hari dalam setahun dikali berapa tahun sejak ia memulai proyek di asia tenggara dan ditambah berapa tahun lagi sampai ia bisa dihentikan, itulah masa "aku meledakkan bom maka aku ada" bagi Nurdin M. Top.
Fakta, sebuah organisasi manapun membutuhkan dana. Dana yang masuk ke kas teroris ini belum bisa ditebak dari mana. Mungkin dari induk jaringan (jika ada), bisa dana mandiri anggota, mungkin dari intelijen Malaysia sendiri. Karena sangat rahasia para anggota yang tidak masuk lingkaran tim inti juga tidak akan tahu persis. Yang jelas dana itu tidak berasal dari dana rahasia negara negeri ini. Kita membayangkan Nurdin M. Top dibayar untuk meledakkan bom. Jika tidak ada bom yang meledak, pastilah donatur akan pergi. Tidak penting apakah dia menyesali kemudian
Nurdin M. Top tidak menyukai orang Indonesia, itulah alasan ia tidak meledakkan bom di Malaysia. Ia tidak sedang menganggap Malaysia lebih islami dari pada Indonesia, karena Nurdin M. Top yang cerdas juga tahu menghitung, jika ia meledakkan bom, Indonesia tidak akan lebih baik. Jadi pastilah tujuannya untuk membuat Indonesia yang tidak ia sukai berjalan kearah yang dia mau: kehancuran!
Menilik sebab akibat, istilah kepolisian adalah: modus operandi. Pandangan umum kenapa Nurdin M. Top berbuat: sakit hati, merasa ditindas karena umat islam telah ditindas di Irak, Afghanistan, Xinjiang, Mindanao (Moro), Palestina dan Grozny, dan lain lain. Faktanya memang seperti itu, saya sangat peduli dengan penderitaan umat islam seluruh dunia.
Sepintas lalu berlaku teori, bahwa Nurdin sedang bereaksi atas penindasan itu. Kaitannya adalah, ia selalu menyerang tempat yang disukai orang Amerika, Australia, Jepang dan Eropa.
Faktanya: Tidak!
Jika modus operandinya karena jihad, kenapa Nurdin M. Top tidak meledakkan diri di Hotel JW. Marriot, memberi contoh pada pengikutnya kemudian. "Ini lho Nurdin M Top, sedang menuju surga." Nurdin malah mengindoktrinasi orang lain untuk melakukannya, karena ia seperti saya takut mati.
Alasan lain untuk melengkapi ketidak akuratan modus operandi diatas adalah, fakta bahwa Nurdin tidak ke Palestina untuk berjihad. Kenapa Nurdin berkeliaran di Indonesia dan membuat huru hara yang tidak perlu pada saat Palestina dan Irak memerlukan Mujahidin sejati?
Dengan fakta di atas, saya hanya membayangkan Nurdin M. Top tokoh yang memanfaatkan agama untuk satu tujuan rahasia. Memperdaya orang-orang taat beragama, rajin beribadah dan orang-orang kebanyakan yang lugu. Saya melihat pelaku bom bunuh diri termasuk juga sebagai korban.
Saya tahu, seorang pejuang tidak pernah membenci musuh. Itulah sebabnya Saydina Ali ra. urung membunuh seorang musuh dalam suatu peperangan hanya karena Ali ra. diludahi. Saydina Ali tidak jadi mengayunkan senjatanya karena niatnya sudah kabur antara balas dendam ataukah karena jihad. Saydina Ali ra. berjihad berperang bukan karena ia membenci musuh. Muhammad saw. tidak benci Israel. Islam tidak benci orang Nasrani.
Jika Nurdin seorang pejuang islam sejati, seharusnya kode etik tadi sudah faham betul. Jadi kenapa ia melakukannya hanya dua kemungkinan:
- Nurdin seorang antek dinas rahasia anti Indonesia, yang tidak menginginkan Indonesia maju dan beradab. Atau,
- Nurdin M. Top tidak bahagia waktu kecil.
Tags:
Politik