LABA-LABA LOMPAT punya sistem penglihatan khusus yang memungkinkan ia mengalkulasi jarak yang pas untuk melompat. Bagaimana laba-laba ini melakukannya?
Untuk mengukur jaraknya dari suatu objek, laba-laba lompat memanfaatkan fitur unik di dua mata utamanya, yang masing-masing punya retina ”bertangga” yang berlapis-lapis. Satu lapisannya menerima cahaya hijau dengan fokus yang tajam, sementara lapisan yang lain menerimanya sebagai gambar buram.
Semakin buram gambar di lapisan itu, semakin dekat objek itu ke mata si laba-laba. Fakta yang sederhana ini memungkinkan ia mengalkulasi jarak lompatan yang pas untuk menangkap mangsanya.
Para periset seperti dilansir Majalah Sedarlah Maret 2013, ingin menjiplak teknik laba-laba lompat ini untuk menciptakan kamera 3-D dan bahkan robot yang bisa mengukur jarak ke suatu objek.
Menurut situs berita Internet ScienceNOW, penglihatan buram laba-laba lompat memberikan ”contoh yang menarik tentang bagaimana satwa berukuran setengah sentimeter, yang otaknya lebih kecil daripada otak lalat rumah, masih bisa mengumpulkan dan bertindak berdasarkan informasi visual yang rumit”.
Bagaimana menurut Anda? Apakah penglihatan buram laba-laba lompat muncul karena evolusi? Atau, apakah ini dirancang?
Lapisan Retina
Laba-laba lompat tak memiliki jaring-jaring seperti laba-laba umumnya. Mereka menangkap mangsa dengan melompat menerkamnya. Karena alasan ini, maka laba-laba ini harus punya mata tajam.
Ilmuwan telah lama bertanya-tanya bagaimana laba-laba ini melihat objek. Kini, ilmuwan asal Jepang berhasil menguak rahasia tatapan tajam laba-laba tersebut.
Berdasarkan penelitian, laba-laba lompat melihat objek dengan teknik defokus citra. Dengan teknik ini, objek yang letaknya jauh akan tampil blur sementara yang dekat tampak tajam. Laba-laba lompat adalah satu-satunya satwa yang menggunakan teknik ini.
Peneliti yang terlibat riset ini adalah Takashi Nagata dan Mitsumasa Koyanagi dari Osaka City University. Mereka memublikasikan hasil penelitian di jurnal Science minggu ini.
Untuk mendapatkan hasil studi, peneliti mempelajari empat lapisan retina pada mata laba-laba. Peneliti menemukan bahwa cahaya warna hijau tak pernah fokus ke satu lapisan, tetapi selalu fokus di lapisan lain.” Jadi laba-laba menangkap gambar yang tajam dan yang blur lalu membandingkannya untuk memperkirakan jarak objek,” kata Konayagi seperti dikutip New York Times.
Berdasarkan jarak, laba-laba menentukan sejauh mana akan mengerahkan energi serta melompat.
“Ini semua dilakukan real time. Jadi dengan mempelajari ini, kita mungkin bisa mengembangkan visual komputer yang lebih baik,” ungkap Konayagi.