Arti Thanks Giving Buat Amerika.





Presiden Obama Ampuni Kalkun di Hari Thanksgiving


Presiden Amerika Barack Obama telah memberi pengampunan kepada seekor kalkun dan penggantinya, menyelamatkan kedua unggas itu agar tidak menjadi lauk dalam perayaan Hari Thanksgiving.



Dalam sebuah upacara tahunan di Gedung Putih sehari sebelum libur Thanksgiving, Presiden Obama hari Rabu menyelamatkan kalkun seberat 20 kilogram – yang diberi nama “Apple” itu – dan tidak menjadikannya sebagai makan malam Thanksgiving, dimana unggas itu biasanya disajikan sebagai hidangan utama.



Presiden Obama berseloroh dengan mengatakan ia merasa senang, cukup menggantikan setidaknya satu “kekalahan telak” pada bulan November. Setelah pemilu sela awal tahun ini, Presiden Obama mengatakan Partai Demokrat-nya kalah telak dalam pemilu.



“Apple” dan kalkun pengganti yang diberi nama “Cider” akan tinggal di dekat Washington, di halaman properti milik presiden Amerika pertama – George Washington – dimana keduanya akan menjadi bagian dari program Natal hingga bulan Januari.



Rabu malam, Presiden Obama dan keluarganya akan menyerahkan dua ekor kalkun kepada Martha’s Table – sebuah organisasi lokal yang ikut membantu memberi makanan dan pakaian pada mereka yang membutuhkan. Presiden Obama mengatakan, kesediaan memberi sesungguhnya merupakan arti Hari Thanksgiving sesungguhnya.




Jutaan orang Amerika merayakan liburan tahunan Hari Bersyukur, atau Thanksgiving Day, dengan acara bersantap tradisional bersama keluarga dan kerabat.
Presiden Amerika Barack Obama merilis pidato mingguannya hari Kamis untuk memperingati hari libur ini. Ia meminta rakyat Amerika agar bersatu dan saling mendukung, selagi negara berjuang menghadapi perang dan pengangguran. Ia menyatakan berharap Partai Demokrat, Partai Republik dan Independen dapat bekerjasama untuk mencapai kemajuan dalam bidang ekonomi dan isu-isu lain.



Presiden Obama juga menilpun 10 anggota angkatan bersenjata Amerika yang sedang bertugas di Irak dan Afghanistan untuk mengucapkan selamat Hari Bersyukur kepada mereka. Keluarga Obama berada di Washington selama liburan ini, menikmati santap malam bersama keluarga, kerabat dan staf Gedung Putih.



Perayaan Thanksgiving di Amerika terpusat pada jamuan makan yang biasanya mencakup kalkun, ham, stuffing, saus cranberry dan pai labu kuning. Sebagian warga menggunakan sebagian hari libur ini secara sukarela bekerja di tempat-tempat penampungan dan dapur-dapur umum dimana makanan gratis dihidangkan kepada para tuna wisma.




“Ini nomor kamu”, “Tolong tunggu sebentar”,”Mohon jangan menghalangi pintu masuk”, terdengar begantian di ruangan kecil yang padat dengan puluhan orang bekerja di belakang meja dan mengantri untuk mendapat makanan. Suara dering telepon dan orang bicara menambah ramai suasana.



Meja penerima tamu yang memisahkan antara pekerja dan penerima bantuan dikerumuni orang yang baru datang untuk memberi kartu identitas dan surat keterangan penghasilan mereka. Kesibukan ini terasa saat melangkah masuk ke ruangan utama Bread for the City di tengah kota Washington DC.




Setelah 4 jam mengantri, Charmaine Payne, warga Washington DC, akhirnya berhasil mendapat kalkun yang dibagikan gratis 3 hari sebelum hari Thanksgiving. Ia dan OB, temannya, juga mendapat 3 lembar surat rekomendasi untuk mendapat bantuan makanan dari 2 gereja dan pakaian dari organisasi Martha’s Table. Chairmane datang siap dengan keranjang merah-nya yang berroda untuk membawa kalkun seberat 6.5 kg dan bahan makanan pokok lainnya.



Perempuan penderita epiliepsi dan penyakit tulang ini masih harus dua kali naik bis menempuh perjalanan kembali ke rumahnya di sisi lain kota Washington DC. Tapi Charmaine tidak mengeluh, ia bersyukur atas bantuan dari Bread for the City, ”Kalau tidak ada mereka saya tidak bisa makan. Saya sudah datang kesini bertahun-tahun.” Charmaine juga menambahkan, “Siapapun boleh datang, kalau mereka tidak ada, akan ada banyak orang kelaparan dan tidak bisa bertahan hidup.” Ia akan memasak kalkun dan makanan pelengkap khas Thanksgiving untuk 7 orang anaknya.



Bread for the City adalah organisasi yang menyediakan bantuan pangan, pakaian, kebutuhan medis dan hukum bagi warga Washington DC. Salah satu syarat mendapat bantuan dari organisasi ini adalah berpenghasilan 200 persen atau kurang dari standar kemiskinan federal AS, yaitu sekitar 15 ribu dolar pertahun untuk keluarga beranggota dua orang. Greg Bloom, bagian relasi publik dari organisasi ini menambahkan, “Warga lansia atau orangtua yang memiliki anak kecil sebagai tanggungan juga memenuhi syarat program kami. “ Setiap bulan organisasi sosial ini membantu rata-rata hampir 5 ribu keluarga. Organisasi ini berdiri sejak tahun 1974 dengan nama yang berbeda dan mulai beroperasi sebagai Bread for the City tahun 1995. Organisasi ini bekerja sama dengan 5 gereja sekitar menjalankan amanat ajaran Kristen yaitu memberi makan yang lapar dan memberi pakaian bagi yang membutuhkan.



Greg Bloom berkata, “Sejak awal bulan November sampai hari ini kami telah membagikan lebih dari 4 ribu paket Thanksgiving. Itu lebih dari 10 ribu orang dan hampir 20 persen lebih dari yang kami berikan tahun lalu.” Usaha Bread for the City cukup dikenal di kalangan masyarakat dan mereka terus menerima bantuan sehingga bisa memperluas layanan mereka, salah satunya dengan membeli dan membangun gedung baru tepat disebelah lokasi sekarang. Organisasi ini juga memiliki lokasi lain di bagian tenggara kota Washington DC.



Walau demikian, menurut laporan dari beberapa surat kabar lokal dan nasional Amerika, tahun ini banyak organisasi sosial kewalahan menerima permintaan bantuan dari tunawisma dan warga kurang mampu. Menurut Greg Bloom walau permintaan bantuan meningkat, Bread for the City telah siap untuk memenuhi. Namun, ia berkata,”Kami kewalahan dengan permintaan dari banyak organisasi sosial kecil yang tidak bisa memenuhi membengkaknya permintaan dari komunitas mereka dan meminta bantuan kami.” Jaringan bank makanan Blue Ridge di negara bagian Virginia menerima jumlah permintaan yang berlipat ganda. Resesi ekonomi yang masih menempatkan angka pengangguran di sekitar rata-rata 10 persen membuat makin banyak orang yang beralih ke bank makanan untuk menghidupi diri dan keluarga.



Tahun ini Bread for the City berharap akan membagikan 8 ribu kalkun bagi warga kurang mampu. Bersama dengan ratusan organisasi sosial di seluruh Washington DC sekitar, mereka berusaha mewujudkan harapan warga Amerika secara umum. Agar tidak ada orang yang kelaparan di Amerka, terlebih di hari Thanksgiving dan menjelang cuaca dingin akhir tahun.


Warga Indonesia di Washington DC merayakan tradisi Amerika dengan menikmati kalkun dengan sambal.



“Rasanya seperti ayam”, kesan Herliana yang baru pertama kali merasakan daging kalkun. Herliana yang berasal dari Balikpapan baru pindah ke daerah Washington DC untuk sekolah di sebuah universitas negri. Ia bergabung dalam acara Thanksgiving yang dikelola oleh sebuah organisasi Indonesian Christian Fellowship berbasis di Washington DC.



Melewati hari Thanksgiving sendirian seakan tabu di Amerika. “Where are you going for Thanksgiving?” adalah pertanyaan yang sering dilontarkan warga Amerika pada pelajar internasional atau pekerja dari luar negri yang belum berkeluarga. Mereka merasa kuatir kalau seorang warga internasional merasa kesepian di saat seluruh Amerika merayakan hari mengucap syukur dengan keluarga mereka dan mengundang orang tersebut ke rumah mereka.



Warga Indonesia di rantau juga jauh dari keluarga namun di kota besar seperti Washington DC yang dihuni oleh sekitar 3 ribu warga asal Indonesia, banyak hari besar yang bisa dilewati tanpa perlu merasa kesepian. Salah satunya adalah acara renungan dan silahturahmi pemuda Indonesia ini.



Sekitar hampir 30 orang datang dengan membawa makanan atau minuman untuk dinikmati bersama. Tidak ketinggalan tentunya, seekor kalkun panggang lengkap dengan saos cranberry, kentang lumat, buncis panggang dan stuffing atau campuran sayuran yang dipanggang didalam kalkun. Ini adalah makanan khas Thanksgiving yang selalu dihidangkan di meja-meja seluruh Amerika sebagai peringatan makanan khas yang disantap saat Thanksgiving pertama kali diadakan untuk mensyukuri panen.



Suryanah Siahaan yang memanggang kalkun bercerita,”Ini pertama kali saya mencoba memanggang kalkun, saya coba lihat di majalah di supermarket dan belanja dengan petunjuk itu.” Hasilnya, mengagumkan, kalkun yang dipanggang selama 7 jam tampak mulus licin kecoklatan dan tidak kalah dibandingkan dengan kalkun resep generasi turun temurun di dapur khas Amerika.



Resiko gagal memanggang kalkun adalah daging yang kering dan keras karena dipanggang dalam waktu lama. Kalkun yang dimasak Suryanah termasuk berhasil karena tidak kering dan bumbunya meresap. Tidak ketinggalan saus sambal dan sup yang walau tidak ada dalam menu Thanksgiving tentunya selalu dicari lidah Indonesia.



Kelompok pemuda yang rata-rata kuliah dan profesional muda di Washington DC ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Kecintaan terhadap Indonesia tercermin dalam permainan tebak-tebakan yang tidak sengaja terjadi setelah makan. “Apa bahasa Indonesianya 'lady bug'”? tanya Erwin. Disusul dengan lelucon lagu Dufan dan beralih ke tebak-tebakan lagu “Berpacu dalam Melody”, acara kuis musik tahun 90-an. Tawa riuh dan makanan memang selalu menjadi ciri khas silahturahmi warga Indonesia sekalipun di benua yang berbeda. Perut kenyang dan persahabatan menjadi tambahan hal yang patut disyukuri di hari Thanksgiving ini, sebuah tradisi negeri paman Sam yang positif dan baik untuk ditiru.
Bazonggier

Bazonggier is a site where you find unique and professional blogger templates, Improve your blog now for free. Kapan Nikah?

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama